Oleh : Hasana Annas
Awan mendung telah menghiasi langit sore itu. Tak lama rintik hujan pun berjatuhan di bumi Aceh tercinta. Meski sore itu bukanlah hujan deras, namun gemericiknya turun tiada henti mampu membuat genangan pada setiap lubang sepanjang jalan setapak kota indah tersebut. Seorang gadis manis nan imut seakan terpana dengan setiap tetesan-tetesannya. Ia masih duduk bersandar pada meja belajar yang menghadap jendela kamar. Tak lepas mendengar dan mengamati rintikan hujan tersebut. Rintikan hujan baginya saat ini terdengar menyayat hati. Betapa tidak sebab perasaannya kini sedang merindu. Ia rindu kepulangan Ayah dan Ibunya, sudah satu bulan lebih ia ditinggal sendiri dirumah karena orangtua sibuk mengurusi kesembuhan neneknya di Ponorogo, Jawa Timur. Keterbatasan biaya dan segudang acara sekolah Cinta membuat ia harus rela tinggal di rumah sendirian.
Nampaknya Cinta mulai lelah menatap hujan. Ia segera mengalihkan pandangan melihat sebuah piala tepat berada disampingnya. Ia memegangi piala tersebut seraya tersenyum simpul. Berharap semoga kedua orangtuanya lekas mengetahui piala atas kompetisi matematika juara pertama tingkat Sumatera Utara yang ia raih. Sebagai bukti peningkatan hasil belajar Cinta sejak ia masuk ke sekolah menengah atas, dua tahun yang lalu. Cinta ingin mendapat hadiah dari Ayah dan Ibu atas kemenangannya. Seperti yang sudah-sudah ketika ia berulang tahun, mendapat nilai ulangan bagus, kemenangan lomba taekwondo, dan masih banyak lainnya. Cinta tersenyum-senyum geli membayangkan hadiah itu, hadiah spesial jua berbeda; kehadiran Ayah-Ibu disamping Cinta akan menjadi hadiah terindah saat ini. Satu-satunya pengobat rindu tuk gadis manis itu.
Menjelang pergantian bulan rupanya membawa kegelisahan tersendiri. Uang saku peninggalan Ayah dan Ibu semakin menipis, ditambah lagi ia belum membayar SPP sekolah. Padahal Cinta termasuk siswi yang pintar juga berbakat, tetapi ia tidak mendapat keringanan biaya hingga waktu pembayaran pun tidak boleh melebihi batas tanggalnya. Biaya SPP Cinta memang tergolong mahal namun keinginan kuat untuk bersekolah di SMA Tunas Muda membuat orangtuanya tak tega menolak permintaan putri semata wayang itu. Ya, Cinta sudah terlanjur cinta pada sekolahnya. Sekolah impian sejak kecil walaupun bukan sekolah negeri tetapi sulit bagi pelajar di kota Aceh untuk lolos seleksi di sekolah Cinta.
Rasa
rindu Cinta sudah tak terbendung lagi.
Kadang tangis menetes di pipi begitu dirinya mengingat Ayah Ibunda. Komunikasi
jarak jauh belum
membuat hatinya puas. Cinta ingin
bertemu langsung dengan kedua orangtuanya, menanyakan kabar serta mengajukan
berbagai pertanyaan tentang kondisi di kampung halamannya.
***
Sepulang
sekolah Cinta begitu semangat untuk cepat sampai di rumah. Rasanya ia ingin cepat-cepat
bertemu Ayah dan Ibu. Membaca SMS tadi pagi membawa kabar bahagia
bagi Cinta, tentang kepulangan
orang tuanya sore ini. Tetapi Sesampainya di rumah ia
lantas dikejutkan dengan kedatangan sanak saudaranya. Berpakaian serba hitam
serta wajah penuh duka. Perasaan Cinta mendadak berubah. Bagaikan petir disiang
bolong saat Cinta mendengar kecelakaan orangtuanya. Pesawat jatuh yang
menuju Bandar Udara Sultan Iskandar
Muda pagi tadi sempat tersiar di televisi.
Namun jenazah orangtua Cinta belum ditemukan. Hati cinta seakan remuk seketika,
ia memberontak lewat tangisan kerinduan
yang lantas keluar. Air matanya tumpah
ruah.
Seperti suara rintikan hujan yang menyayat hati. Cinta kini
menjadi yatim piatu.
Keadaan
telah berubah. Cinta pun harus tinggal bersama pamannya. Kehidupan baru Cinta
jauh lebih sederhana. Itulah yang membuat Cinta terpaksa bekerja menjadi guru
les privat ke rumah-rumah. Hasilnya
belum mencukupi namun ia tetap semangat menggeluti karir dibidang bimbingan
belajar ini. Ditengah situasi sulit, Cinta termotivasi untuk mengajar anak-anak
yang kesulitan dalam belajar walaupun dibayar dengan harga murah bahkan ia rela
jika tidak dibayar. Selain itu ia juga mencari beasiswa dari banyak lembaga dan
yayasan untuk mendukung kelanjutan pendidikannya. Cinta berjuang keras supaya sekolahnya yang
tinggal dua semester dapat dirampungkan. Ia pun berharap supaya dapat
meneruskan lagi ke jenjang universitas. Begitu kuat upaya Cinta untuk
mempertahankan sekolahnya. Meski terkadang banyak masalah yang ia temui, ia
mencoba tegar dibalik kesedihan ditinggal orang-orang yang dicintai. Kehidupan
cinta berubah drastis dari sosok manja anak semata wayang kini menjadi anak mandiri.
Perubahan hidup menjadikan Cinta
selalu
16 comments:
nice. kisahnya tegar sekali dik ann ^^
suka dengan kalimat yang ini:
"Ia tahu Malaikat tidak akan menangis apabila ia menangis tapi malaikat akan menyebut namanya dan memohon pada Allah untuk segera menambah nikmat bila ia senantiasa bersyukur akan segala ketetapan-Nya."
makasih ka fury :D
jangan bosan mampir ya... hehehe
Keren sekali..
sebuah tokoh yang memiliki jiwa seperti itu. Kadang aku berfikir kapan aku bisa seperti itu. Kuat dan tegar, terus berjuang mungkin sulit bagiku.
Tapi aku terus bersyukur Rizky yang di berikan tidak membuatku kekurangan.
makasih :)
Alhamdulillah kita memang harus senantiasa bersyukur . . . .
kalo lago bosan mampir kesini.. hehe.^_^
eh, mf salah tik tuh, maksudnya 'lagi' ko jadi 'lago'... hihi..
insya Alloh nggak bosan kok, malah bosan banget kalau nunggu postingan dari sahabat gak muncul-muncul :D
Hihiy kakak bisa saja. Aku juga gak bosan kok baca puisi-puisi kakak yang ruuarr biasaa ituu hehehe :D
Rasa syukur yang membuat kita tegar berjalan dibumi, tokoh yg luar biasa.
salam kenal mba...:)
Ceritanya kuat mbak,kalau buat film pastinya tiap tokoh perlu karakter yang lebih kuat juga ya,terutama tokoh utamanya .saluut mbak.
Salam kenal
terimakasih mbak irma :)
hehehe ok :D makasih sudah berkunjung :)
simple tapi dalem banget karakternya...
bagus mba ..
salam kenal ya
makasih :)
salam kenal juga mbak :)
kunjungan perdana sobat :) sambil baca2
visit n koment back y dblogq :)
skalian follow ya nnti ak follow balik
Ceritanya menarik, makin menarik kalau sudah dijadiin skenario:)
nikmat dan hikmahnya bersyukur memang luar biasa....
Post a Comment