Hello sun shine, kau datang lagi.
Mengapa kau datang secepat ini ataukah memang sudah waktunya kau bersinar?
Uups, rupanya aku yang terlalu lama terbaring di tempat peraduan. Kini mataku
mencari-cari sesuatu diantara tumpukan kantong madu yang tak teratur pada
sekelilingku. Sesaat aku mengingat kapan terakhir kalinya aku meletakkan benda
yang tengah kucari.
Nah! ini dia yang kucari. Baru
lima chapter aku membacanya tanpa sadar telah membuatku terlelap. Sebuah novel
dengan cover klasik yang membawaku keliling Roma hingga terbawa ke dreamland
semalam, hihihi. Akupun memutuskan untuk
melanjutkan ke chapter berikutnya. Sepertinya ini hari yang indah untuk
menuntaskan cerita, batinku. Kata demi kata yang terserap membawaku hanyut
pada kisah yang dirangkai si penulis novel.
Dung Tek Dungdungdung!!
Baru sekilas aku membaca,
tiba-tiba ketenanganku terusik oleh rangkaian musik dan suara yang memekakkan
telinga. Aku mencoba mendekap telingaku dan melanjutkan bacaanku. Sia-sia. Tak
kudapati imajiku terbang menerawang makna per kata yang ada dalam novel ini.
Huff! Dengan kesalnya, aku langsung menutup novel yang ku baca.
Darimana asal suara itu?
Perlahan ku selidik asal-muasal
suara musik yang mengusik itu. Belum lama kepakkan sayapku mengudara namun
sudah kutemukan sumbernya. Yap rumah Grandfa Sam! Sebuah rumah luas dengan cat
warna putih berhias taman bunga di halaman depan. Bunga-bunga yang indah berwarna-warni
nampak sedang bermekaran. Sluuurrp! Membuatku membayangkan betapa lezatnya dan
ingin lekas kuraih kantong madu untuk mengumpulkannya. O-ow, tapi tidak untuk
kali ini karena kedua tanganku harus melindungi telinga dari suara musik yang
bising.
Aku mulai memasuki hunian Grandfa
Sam. Ramai sekali tak seperti biasanya. Mungkin keluarga besarnya sedang
berkumpul dirumah ini. Syukurlah, aku turut senang melihatnya. Aku sungguh
senang melihat keceriaan Grandfa Sam yang nampak berbeda. Lalu akupun meluncur ke
arah datangnya suara yang kian mendekat.
“Lihat, ada lebah disana grandfa!”
Teriakan anak kecil mengagetkanku.
“Biarkan saja, dia takkan
mengganggu.” Kata Grandfa Sam lembut.
Grandfa Sam lalu tersenyum
kepadaku. Aku membalas senyumnya tapi mungkin tidak akan terlihat karena garis
senyumku yang terlalu kecil untuk ukuran manusia. Aku mulai kesal karena tak
kunjung menemukan asal suara yang sejak tadi kucari. Dan ini ruangan terakhir,
mustahil jika tak ada di dalam ruangan ini. Akupun melewati ruangan yang tertutup melalui celah pada lubang pintu.
Sejenak aku menarik nafas panjang,
perasaan lega membuncah karena berhasil menemukan sesuatu yang membuatku
penasaran. Tak dapat kupungkiri, aku tertawa ringan sembari menatap sekumpulan
anak kecil yang sedang berkaraoke lagu kesukaannya. Ternyata anak-anak itulah yang membuat kegaduhan dengan memutar suara musik . ”Huh, tak bisakah mereka
mengatur volumenya agar tidak terlalu keras. Atau lebih baik ganti saja hobi
bernyanyi ini dengan membaca. Membaca itu asyik karena kau dapat menikmati
suasana yang tenang.” Gumamku kesal.
Kuambil jeda beberapa saat untuk mengontrol amarahku sambil mengamati salah satu anak yang sedang memegang remote DVD.
"Hei.. kenapa anak itu mengganti lagunya.” Aku sedikit kecewa.
“Ehm satu lagi, dengan membaca kau juga bisa berimajinasi.” Kataku
Ah sudahlah, aku lelah. Aku pun bersandar pada dinding kamar. Mataku berusaha menjelajah sesuatu yang nyaman dipandang. Telapak kakiku bergoyang dan mendendangkan bunyi yang senada dengan musik yang berputar.
"Hei.. kenapa anak itu mengganti lagunya.” Aku sedikit kecewa.
“Ehm satu lagi, dengan membaca kau juga bisa berimajinasi.” Kataku
Ah sudahlah, aku lelah. Aku pun bersandar pada dinding kamar. Mataku berusaha menjelajah sesuatu yang nyaman dipandang. Telapak kakiku bergoyang dan mendendangkan bunyi yang senada dengan musik yang berputar.
Tunggu, ada apa dengan diriku? Mengapa aku tidak bergegas pergi dari sini? Aku melirik telapak
kakiku dan kudapati ia masih berdendang. Lucu sekali, spontan aku tertawa terbahak-bahak.
Ternyata aku terhanyut dalam alunan musik. Dan coba dengar suara anak kecil
yang menyanyikan lagu itu, merdu sekali. Lagi-lagi membawaku hanyut untuk ikut
bernyanyi.
Nanananana . . . .
Wah, musik itu asyik ya!
Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Grandfa Sam dan keluarga besarnya
memasuki ruangan ini. Tebak apa yang terjadi? mereka bergoyang bersama. Ya,
musik menyatukan perbedaan diantara kita. Ini luar biasa kawan, Let’s enjoy the music!
Tangerang, 26 Juni 2013
Kepada Ann si lebah yang gemar baca buku,
Akuilah bahwa musik dapat melunturkan penat!
Tulisan ini di ikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog "Musik Yang Asyik" yang diselenggarakan oleh Kumpulan Emak Blogger (KEB) bekerja sama dengan LangitMusik.
Tangerang, 26 Juni 2013
Kepada Ann si lebah yang gemar baca buku,
Akuilah bahwa musik dapat melunturkan penat!
Tulisan ini di ikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog "Musik Yang Asyik" yang diselenggarakan oleh Kumpulan Emak Blogger (KEB) bekerja sama dengan LangitMusik.
17 comments:
Wah keren cara berceritanya.... Gudlak ya utk kontesnya :)
Aamiin makasih ya :)
fotonya lucu hehehe :)
Iya lucu y hehehe :)
long time no seeblog inii.. hehe
ceritanya lain dari yang lain kerennn
hehehe thanks mbak hana sudah mau berkunjung :)
hehehe... ternyata hanyut juga dalam irama Musik.. saya termasuk orang yang malas mutar musik, tp kalo udah terputar, kadang hanyut juga.. :D :D
Awas tenggelam entar kak ! hahahah
wah, dijadikan sebuah cerpen ya.. apik lho.. sukses ya :)
Aamiin makasih mbak :)
About music...
Sukses yaa kontesnya ^^b
Yap, thanks ka :)
wah, bingung mo komen apa, tapi begitulah... seperti kata nana sendiri "musik bisa menyatukan perbedaan... dan ini luar biasa!:))
Kak liyan.... ndak usah bingung kak :) hehehe
hehe aku binvung.. seleraku dengan musik apa ya?
aku lebih suka yang menyentuh dan lagunya opick itu nyentuh bgd. cuma jarang dengerin lagu sih ehe
moga sukses eaaaaa
ayo ayo semangaaat :D
waw keren banget deh
Post a Comment